
Semuanya bermula dari kebencian, ya kebencianku yang sudah mendarah daging terhadap seorang pria bernama Kevin!!!
Kevin, pria terpopuler di sekolah. Selain tampan, keren dan tajir, dia juga menjabat jadi ketua osis disekolah. Jabatannya itu yang membuatnya makin digilai banyak wanita. Dia sangat aktif dan pintar bersosialisasi, dia juga yang menjadi ketua tim basket disekolahku dan satu lagi, Ayahnya adalah pemilik sekolahan ini. Perfect bukan??? wanita mana yang tidak tergila-gila dengan pria seperti Kevin??? jawabannya adalah AKU!!!
Bukan karena aku iri dengan kepopulerannya, namun karena gayanya yang
sok berkuasa disekolah dan sebagai wakil ketua osis aku pun juga
dikuasai oleh dia, aku sering disuruh apapun sama dia diluar lingkup
tugas seorang wakil ketua osis termasuk mengerjakan PR untuknya, aku
sering menolak tapi penolakanku selalu terkalahkan oleh ancaman dia yang
akan mencabut beasiswaku. Dengan terpaksa aku pun menurutinya, entah
kenapa dia setega itu padaku, tak jarang kekasihnya yang bernama Clara
juga sering menyuruhku seenak jidatnya, wanita yang satu sekolah bilang
wanita tercantik!!! cantik?? what the hell!! memang wajahnya oriental
tapi gayanya sok artis, sok berkuasa sedangkan dia tak ada jabatan
apapun selain mantan ketua tim Cheerleader, yup MANTAN!! mulutnya juga
berbisa, hatinya??? sejenislah sama ketua hantu!!! apa itu cantik yang
sesungguhnya? no no no!!!
***
“nih buku lo” ucapku mengembalikkan buku PR kimia Kevin
“hah? kok kosong begini? mana jawaban-jawabannya?”
“pikir sendiri aja, gue gak sempat ngerjainnya” jawabku apa adanya
“apa lo bilang? lo udah berani sama gue? ini cuma tujuh nomor, masa gak bisa selesai dalam dua hari”
“gue sibuk Vin”
“haha sibuk? gaya banget lo, orang miskin kayak lo sibuk apa sih? sibuk mulung?” aku pun lari meninggalkan Kevin, aku muak dengan ucapan Kevin
“heh gak sopan banget lo, gue tuh lagi ngomong” ucap Kevin yang berhasil menghentikan langkahku dengan tarikan tangannya yang keras
“mulai sekarang gue gak mau jadi budak lo lagi, kita udah kelas tiga, lo bukan ketua osis lagi yang bisa bebas berkuasa”
“oooh okeeee, udah bosen rupanya sekolah disini, seminggu lagi lo cabut dari sekolahan ini”
“terserah!!! cabut aja beasiswa gue, gue udah gak peduli” ucapku tanpa pikir panjang dan tiba-tiba Clara datang
“bagus sayang cabut aja beasiswanya, nih cewe cuma nyampah doank disekolah, gak pantes sekolah disini” ucapnya sinis sekaligus bahagia, aku pun meninggalkan mereka berdua menuju toilet.
“hah? kok kosong begini? mana jawaban-jawabannya?”
“pikir sendiri aja, gue gak sempat ngerjainnya” jawabku apa adanya
“apa lo bilang? lo udah berani sama gue? ini cuma tujuh nomor, masa gak bisa selesai dalam dua hari”
“gue sibuk Vin”
“haha sibuk? gaya banget lo, orang miskin kayak lo sibuk apa sih? sibuk mulung?” aku pun lari meninggalkan Kevin, aku muak dengan ucapan Kevin
“heh gak sopan banget lo, gue tuh lagi ngomong” ucap Kevin yang berhasil menghentikan langkahku dengan tarikan tangannya yang keras
“mulai sekarang gue gak mau jadi budak lo lagi, kita udah kelas tiga, lo bukan ketua osis lagi yang bisa bebas berkuasa”
“oooh okeeee, udah bosen rupanya sekolah disini, seminggu lagi lo cabut dari sekolahan ini”
“terserah!!! cabut aja beasiswa gue, gue udah gak peduli” ucapku tanpa pikir panjang dan tiba-tiba Clara datang
“bagus sayang cabut aja beasiswanya, nih cewe cuma nyampah doank disekolah, gak pantes sekolah disini” ucapnya sinis sekaligus bahagia, aku pun meninggalkan mereka berdua menuju toilet.
Tangisku pecah, aku sudah pasrah kalaupun
beasiswa itu beneran dicabut. Walaupun sebentar lagi lulus biarlah aku
rela sekolahku terputus, aku benar-benar capek sama kelakuan Kevin dan
Clara, belum lagi sama masalah hidupku yang berat, rasanya ingin nyusul
Ayah disurga tapi Ibu gimana? beliau lagi sakit, aku harus kerja keras
cari uang untuk kesembuhannya.
Benar saja seminggu kemudian aku dipanggil
keruang kepala sekolah dan diberikan surat pernyataan kalau aku bukan
murid disekolah itu lagi, aku sedih tapi Ibu akan lebih sedih lagi kalau
baca surat itu. Baiklah aku putuskan untuk menyembunyikan surat itu
dulu sampai nanti Ibu sembuh.
***
Sudah dua bulan tak ada kabar dari sekolah
lagi, aku berharap Kevin mencabut surat pernyataan itu dan
mengembalikkan beasiswaku tapi rasanya tidak mungkin, dia sangat
membenciku, sama seperti aku yang sangat membencinya. Ibu sudah membaca
surat itu, Ibu menangis namun mengerti posisiku jika aku terus sekolah
disana, Ibu menyuruhku untuk cari beasiswa disekolah lain tapi aku tidak
mau, lebih baik aku bantu Ibu cari uang toh selesai SMA juga aku tidak
mungkin meneruskan keperguruan tinggi.
tok..tok..
“permisi, assalamu’alaikum” terdengar suara seorang pria dari luar pintu rumah, suara yang tidak asing ditelingaku. Aku pun segera membukanya dann…Kevin!! ngapain dia kesini??? tau dari mana alamat rumahku???
“Kevin, ada apa? tau rumah gue dari mana?” tanyaku tanpa basa-basi lagi
“sabar dong, gue gak disuruh masuk dulu nih?”
“gak usah deh disini aja, cepet mau ngapain? gue lagi sibuk bantuin Ibu bikin kue”
“oke-oke, gue cuma mau minta maaf dan ngasih amplop ini ke lo, urusan tau dari mana rumah lo itu gak penting, gue balik dulu ya” Kevin segera berlalu tanpa memberi kesempatan ku untuk bertanya. Aku segera membuka amplop dari Kevin dan isinya adalah surat pengembalian beasiswaku, ya mulai besok aku bisa kembali sekolah lagi. Aku sangat bahagia bisa sekolah lagi tapi aku juga dibuat bingung dengan sikap Kevin.
“sabar dong, gue gak disuruh masuk dulu nih?”
“gak usah deh disini aja, cepet mau ngapain? gue lagi sibuk bantuin Ibu bikin kue”
“oke-oke, gue cuma mau minta maaf dan ngasih amplop ini ke lo, urusan tau dari mana rumah lo itu gak penting, gue balik dulu ya” Kevin segera berlalu tanpa memberi kesempatan ku untuk bertanya. Aku segera membuka amplop dari Kevin dan isinya adalah surat pengembalian beasiswaku, ya mulai besok aku bisa kembali sekolah lagi. Aku sangat bahagia bisa sekolah lagi tapi aku juga dibuat bingung dengan sikap Kevin.
***
“gue seneng Rin lo bisa sekolah lagi, maafin sikap gue yang dulu-dulu ya” ucap Kevin setibaku dikelas
“lo sakit ya Vin? kok lo jadi berubah baik gini sih?”
“hehe sialan lo, setiap orang punya kesempatan untuk berubah kan” jawabnya santai
“bisa kasih penjelasan ke gue atas perubahan sikap lo ini?” Kevin duduk dibangku sebelahku dan mulai menjelaskan.
“awalnya gue gak sengaja ngeliat lo jualan kue dipasar, terus gue ngikutin lo dan ternyata kerjaan lo bukan cuma itu aja, sejak saat itu gue jadi sadar dan ngerasa bersalah banget, gue udah kelewat jahat sama lo. Besokannya gue ngikutin lo lagi sampe kerumah lo, gue tanya-tanya tetangga lo ternyata bokap lo udah meninggal, pantes aja lo kerja sekeras itu” aku hanya diam mendengarkan penjelasan Kevin.
“gue minta maaf banget ya Rin, lo cewe tapi udah bisa nyari uang sendiri sedangkan gue cuma bisa ngabisin uang ortu gue tanpa mikir gimana susahnya nyari uang. Sekarang kita temenan ya” lanjutnya sambil menyodorkan jari kelingkingnya didepan wajahku. Aku pun tersenyum dan membalas salam pertemanan itu.
“lo sakit ya Vin? kok lo jadi berubah baik gini sih?”
“hehe sialan lo, setiap orang punya kesempatan untuk berubah kan” jawabnya santai
“bisa kasih penjelasan ke gue atas perubahan sikap lo ini?” Kevin duduk dibangku sebelahku dan mulai menjelaskan.
“awalnya gue gak sengaja ngeliat lo jualan kue dipasar, terus gue ngikutin lo dan ternyata kerjaan lo bukan cuma itu aja, sejak saat itu gue jadi sadar dan ngerasa bersalah banget, gue udah kelewat jahat sama lo. Besokannya gue ngikutin lo lagi sampe kerumah lo, gue tanya-tanya tetangga lo ternyata bokap lo udah meninggal, pantes aja lo kerja sekeras itu” aku hanya diam mendengarkan penjelasan Kevin.
“gue minta maaf banget ya Rin, lo cewe tapi udah bisa nyari uang sendiri sedangkan gue cuma bisa ngabisin uang ortu gue tanpa mikir gimana susahnya nyari uang. Sekarang kita temenan ya” lanjutnya sambil menyodorkan jari kelingkingnya didepan wajahku. Aku pun tersenyum dan membalas salam pertemanan itu.
Sejak saat itu aku dan Kevin jadi dekat dan
sangat dekat, kita sering belajar bareng disekolah, dirumahku atau
dirumahnya, membantu ku berjualan kue dan dia selalu membelaku saat
Clara membentak dan menghinaku, bahkan kemarin Kevin memutuskan Clara
didepan mataku karena melihat Clara sedang menamparku.
***
Memang benar cinta itu bisa datang karena
terbiasa bersama, dan aku mengalaminya terhadap Kevin. Aku menyayangi
Kevin, aku mencintai Kevin!! namun aku sudah tau jawaban Kevin, dia mana
mungkin mencintai wanita biasa sepertiku. Apalagi dia bersikap baik
juga bukan hanya kepadaku tapi dengan semua orang.
Hari yang aku benci akhirnya tiba, hari
wisuda sekolah. Aku bahagia karena lulus dan mengikuti wisuda ini tapi
aku benci karena mungkin ini hari terakhirnya pertemuan ku dengan Kevin.
Dia kuliah sedangkan aku tak mungkin satu kampus dengan dia.
“abis ini lo mau lanjutin kemana Rin?” tanya Kevin saat acara makan siang
“gue mau cari uang aja Vin, kalo lo mau lanjut kemana?”
“emang lo gak mau kuliah? gue nerusin ke London Rin, bokap gue ada bisnis disana dan gue disuruh kuliah disana”
London? itu berarti ini benar-benar pertemuan terakhirku dengan Kevin. Mana mungkin aku ungkapkan perasaan ku sekarang, Kevin gak akan membalas perasaanku.
“gue mau cari uang aja Vin, kalo lo mau lanjut kemana?”
“emang lo gak mau kuliah? gue nerusin ke London Rin, bokap gue ada bisnis disana dan gue disuruh kuliah disana”
London? itu berarti ini benar-benar pertemuan terakhirku dengan Kevin. Mana mungkin aku ungkapkan perasaan ku sekarang, Kevin gak akan membalas perasaanku.
“Rin kok bengong?”
“eh sorry Vin, gue mau banget kuliah tapi lo kan tau sendiri kehidupan ekonomi keluarga gue gimana”
“emang lo mau kuliah dimana? jurusan apa?”
“gue sih dimana aja yang penting jurusannya HI”
“kenapa mau jurusan HI?”
“karena gue pengen bisa keliling dunia apalagi kalo bisa ngajak Ibu dan Radit, hehe.. udah ahk lupain itu impossible, kita makan aja yuk Vin” ajakku mengakhiri pembicaraan.
***
Ternyata Tuhan tak membiarkan hari wisuda
itu sebagai hari terakhir pertemuanku dengan Kevin, hari ini Kevin
memintaku untuk menemaninya menikmati kota Jakarta ini sebelum
keberangkatannya ke London besok. Dengan senang hati aku pun menerima
ajakannya.
sang waktu, boleh aku minta satu permintaan? hanya satu saja tolong
kabulkan, aku ingin engkau berhenti sekarang, iya sekarang, sekarang
juga!!! aku tak ingin ada hari esok, aku hanya ingin ada hari ini dan
selamanya merasakan hari ini.
Seharian ini tak jarang aku menitikkan airmata ku, Kevin
selalu bertanya tapi sulit ku ungkapkan ke Kevin alasan dari tetesan
airmata itu. Tak ada ungkapan apapun dari bibir Kevin atas perasaannya
ke aku, bahkan seharian ini Kevin memperlakukan aku seperti kekasihnya,
ahh tapi itu hanya perasaanku saja, aku terlalu menikmati kebersamaan
ini, Kevin memang baik dan sangat baik. Mungkin memang Kevin tak pernah
merasakan perasaan yang berbeda dan lebih terhadapku.
***
Hari ini aku mengantar Kevin dan Mama
Papanya ke bandara, bersama dua orang kakaknya juga, ya Kevin anak
bungsu dari tiga bersaudara.
“kapan balik ke sini lagi Vin?” tanyaku setiba dibandara
“entahlah Rin, mungkin sampai study ku kelar, kamu jaga diri baik-baik ya” aku? kamu? itu ucapan yang dari dulu ingin ku dengar dari Kevin. Kevin pun memelukku sebagai salam perpisahan, tangisku pecah didada Kevin, aku tak sanggup lagi menahan air dikelopak mataku. Kevin semakin erat memelukku seakan berat melepasku. Suasana menjadi sangat haru, mata Kevin juga memerah, dia menangis.
“entahlah Rin, mungkin sampai study ku kelar, kamu jaga diri baik-baik ya” aku? kamu? itu ucapan yang dari dulu ingin ku dengar dari Kevin. Kevin pun memelukku sebagai salam perpisahan, tangisku pecah didada Kevin, aku tak sanggup lagi menahan air dikelopak mataku. Kevin semakin erat memelukku seakan berat melepasku. Suasana menjadi sangat haru, mata Kevin juga memerah, dia menangis.
“Kevin kamu kenapa nangis?”
“gpp kok, aku harus pergi, 25 menit lagi pesawatnya akan take off” untuk terakhir kalinya Kevin memelukku lagi dan memberiku sebuah amplop.
Setiba dirumah tepatnya dikamarku, aku
membuka amplop itu, ada dua kertas, yang satu surat dari Kevin dan yang
satunya lagi…astaga surat pernyataan pelunasan biaya sampai S1 disalah
satu universitas swasta di Jakarta, dan tertera jurusan HI disurat itu.
Aku menangis, tak menyangka Kevin akan memberiku hadiah perpisahan yang
luar biasa yang sebenarnya tak perlu dia dilakukan. Aku pun segera
membaca surat dari Kevin yang sebelumnya baru sekilas ku buka
Dear Airin,
Saat kamu membaca surat ini, pasti kamu lagi menangis ya?
Kamu pasti kaget dengan surat yang satunya lagi? ya kan? hehe sok tau aku.
Aku mau kamu kuliah, aku mau kamu mengejar cita-cita kamu. Aku mau kamu menjadi orang besar yang gak dihina lagi sama orang lain terutama Clara, kamu harus bisa membangun keterpurukan hidup keluarga kamu. Aku gak tega kalau harus membiarkan kamu terus-terusan bekerja dengan keras dan berupah kecil.
Kamu harus bisa menjadi Diplomat atau Internasional Officer ya, kamu mau keliling dunia kan? aku yakin kamu pasti bisa!! Empat atau Lima tahun lagi aku akan kembali ke Jakarta untuk menemui kamu, aku ingin lihat keberhasilan kamu. Dan aku akan ngasih kejutan ke kamu sepulang ku nanti, jaga diri kamu baik-baik ya Rin.
Kamu pasti kaget dengan surat yang satunya lagi? ya kan? hehe sok tau aku.
Aku mau kamu kuliah, aku mau kamu mengejar cita-cita kamu. Aku mau kamu menjadi orang besar yang gak dihina lagi sama orang lain terutama Clara, kamu harus bisa membangun keterpurukan hidup keluarga kamu. Aku gak tega kalau harus membiarkan kamu terus-terusan bekerja dengan keras dan berupah kecil.
Kamu harus bisa menjadi Diplomat atau Internasional Officer ya, kamu mau keliling dunia kan? aku yakin kamu pasti bisa!! Empat atau Lima tahun lagi aku akan kembali ke Jakarta untuk menemui kamu, aku ingin lihat keberhasilan kamu. Dan aku akan ngasih kejutan ke kamu sepulang ku nanti, jaga diri kamu baik-baik ya Rin.
..Kevin..
Tangisku makin menjadi, aku janji akan
serius dengan kuliahku dan menjadi orang besar seperti yang kamu
inginkan, aku pasti akan menunggu kamu Vin!!
***
Sudah enam tahun berlalu, Kevin tak kunjung
datang menemuiku. Aku sudah menepati janjiku untuk berhasil dan
menunggu dia kembali, aku sudah menjadi seorang diplomat dan aku pernah
ke London untuk bertugas tapi aku tidak bisa menemui Kevin karena aku
tak tau dimana alamatnya.
Mungkin Kevin sudah lupa dengan aku dan bahagia dengan wanita lain,
atau bahkan sudah menikah? entahlah, kalaupun dia sudah menikah aku
ikhlas dan rela tapi aku hanya ingin bertemu dengannya dan menunjukkan
keberhasilanku. Semua ini berkat Kevin, Kevin juga harus menikmati
kesuksesan aku.
Hari ini kebetulan aku akan ke London lagi,
selain untuk bertugas aku akan mencari Kevin, aku sangat merindukannya
dan sangat ingin bertemu dengannya.
Hari ini sangat macet, memang tak heran karena Jakarta terkenal dengan macetnya yang juara. Kalau bukan karena lampu merah pasti karena ada suatu kecelakaan, aku harus buru-buru ke bandara, pesawatku take off dua jam lagi. Suara gemuruh dari klakson-klakson semakin membuatku penat dan aku pun melihat segerombol orang dikejauhan, mungkin itu yang menyebabkan macet. Karena penasaran aku pun keluar dari taksi dan ikut gabung dengan segerombolan orang itu, aku menerobos orang banyak untuk sampai ketitik kejadian dan ada seseorang yang tergeletak tak berdaya dan berlumuran darah. Mataku mendelik tak percaya, itu Kevin!! Tuhaaan itu beneran Kevin. Aku segera membawa Kevin kerumah sakit dengan bantuan orang lain.
Aku menangis sejadi-jadinya, inikah yang kamu maksud kejutan buat aku Vin???
Didalam taksi, dipangkuanku, Kevin menggenggam tangan ku erat dan
merintih kesakitan, dia ingin berbicara namun sangat sulit. Sorotan
matanya meredup. Tuhan jangan ambil nyawa Kevin sekarang, aku mohon
kuatkan Kevin dan kasih kesempatan untuk berbicara.
“Kevin kamu harus kuat, sebentar lagi kita sampai dirumah sakit. Kamu
lihat aku sekarang, sekarang aku udah sukses, aku sudah menjadi seorang
diplomat Vin, seperti yang kamu inginkan. Kamu harus bertahan Vin”
ucapku terisak-isak
“a-a-aku udah gak kuat lagi Rin, aku sangat mencintai kamu” tangisku
benar-benar makin memecah tak karuan dengan ucapan Kevin barusan, suara
Kevin melemah, sorotan matanya menghilang, detakan nadinya
terputus-putus, nafasnya berat.
“aku juga sangat mencintai kamu, kamu dengar kan? kamu harus bertahan” aku menggoyang-goyangkan tubuh Kevin namun tak ada respon, segera aku membawanya keruang UGD bersama tiga orang suster.
Lima belas menit berlalu dan yang sangat aku takutkan pun terjadi, Kevin
sudah pergi, dia pergi jauh meninggalkanku untuk selamanya. Aku hanya
bisa menangis dan menyesali semuanya, semuanya sudah terlambat, gak akan
ada kisah cinta yang manis yang akan terjalin antara Airin dan Kevin.
Aku tak mengerti kenapa baru sekarang Kevin menyatakan perasaannya dan
kenapa harus berakhir seperti ini????
Dokter menemukan kotak kecil dari kantong
kemeja Kevin dan memberikannya padaku, dan isinya adalah dua buah cincin
perak cantik dan didalam cincin tersebut masing-masing tertulis namaku
dan Kevin.
Mungkin ini kejutan yang Kevin janjikan enam tahun yang lalu, dia ingin melamarku.

Ungkapkanlah apapun perasaanmu sebelum datangnya penyesalan dan datangnya kata terlambat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin Catatan Ku Tidak selalu Online untuk memantau Komentar yang Masuk, Jadi tolong berikan Komentar Anda dengan Pantas dan Layak dikonsumsi oleh Publik. No SARA, SPAM dan Sejenisnya.